Friday, October 31, 2014

Teori Dasar Rodagigi

Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Rodagigi sering digunakan karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu rodagigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat transmisi lainnya, yaitu :

1. Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Rodagigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua poros. Di samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan kecepatan sudutnya dapat bervariasi. Ada pula rodagigi dengan putaran yang terputus-putus.
Dalam teori, rodagigi pada umumnya dianggap sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan bentuk dalam jangka waktu lama. 


 2.1 Klasifikasi Rodagigi
Rodagigi diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut letak poros.
Menurut arah putaran.
Menurut bentuk jalur gigi


 2.1.1 Menurut Letak Poros
Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut
Letak Poros Rodagigi Keterangan

Rodagigi dengan poros sejajar
Rodagigi lurus
Rodagigi miring
Rodagigi miring ganda
Rodagigi luar
Rodagigi dalam dan pinion
Batang gigi dan pinion Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi
Arah putaran berlawanan
Arah putaran sama
Gerakan lurus dan berputar
Rodagigi dengan poros berpotongan Rodagigi kerucut lurus
Rodagigi kerucut spiral
Rodagigi kerucut zerol
Rodagigi kerucut miring
Rodagigi kerucut miring ganda
Rodagigi permukaan dengan poros berpotongan
Klasifikasi atas dasar bentuk jalur gigi
Rodagigi dengan poros berpotongan berbentuk istimewa
Rodagigi dengan poros silang Rodagigi miring silang
Batang gigi miring silang
Rodagigi cacing silindris
Rodagigi cacing selubung ganda
Rodagigi cacing samping
Rodagigi hiperboloid
Rodagigi hipoid
Rodagigi permukaan silang Kontak gigi
Gerak lurus dan berputar

Monday, October 27, 2014

Alur Produksi (III)


3.5 Proses Alur Produksi
       Proses produksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu barang  menjadi barang lain dengan beberapa tahapan atau dengan kata lain proses produksi adalah suatu proses produk yang dilakukan pada bahan mentah menjadi produk barang jadi, contoh konkritnya adalah proses produksi gula. Dimana awalnya tebu di olah melalui beberapa tahapan kemudian menghasilkan gula bersih (SHS). Dalam proses produksi ada beberapa bahan yang digunakan antara lain :
1.    Bahan Mentah yang digunakan adalah tebu yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perusahaan.
2.    Bahan Pembantu yang digunakan adalah susu kapur, belerang, kaporit, flokulan, klorida, phosfat, air inbibisi dan air tawar hasil penguapan.
  Produk yang dihasilkan dalam proses pembuatan gula ini adalah SHS (super high sugar) yang berwarna putih bersih. Produk lain yang dihasilkan dalam proses ini adalah blotong, ampas dan tetes. Blotong digunakan sebagai bahan bakar pada ketel, blotong sebagai pupuk yang dapat dipakai kemabali pemupukan pada tanaman tebu rakyat serta tetes berfungsi sebagai bahan dasar alkohol dan pengawet makanan seperti metsin dan lainnya. Dalam proses produksi pada PG Krebet Baru Bululawang, akan dilakukan melalui beberapa tahapan :
1.    Stasiun gilingan
2.    Stasiun pemurnian
3.    Stasiun penguapan (Evaporation)
4.    Stasiun masakan (Christalism)
5.    Stasiun putaran
6.    Stasiun listrik
7.    Stasiun penyelesaian (Packing).
3.5.1   Pengangkutan tebu
   Di PG Krebet Baru, baik KB I maupun KB II pada saat musin panen tiba, tebu-tebu masyarakat dan tebu perusahaan yang ditebang harus di angkut ke pabrik untuk di proses  menjadi bahan produk gula yang berkualitas. Maka dari itu, pengangkutan yang harus dilakukan oleh pabrik terhadap tebu-tebu tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu ;
1)   Pengangkutan tebu dari lahan, Tebu-tebu masyarakat dan perusahaan yang ada di lahan dan sudah ditebang, harus diangkut ke pabrik dengan truk-truk yang disediahkan oleh pabrik maupun truk-truk yang disiapkan oleh unit koperasi yang sudah bekerja sama dengan pabrik atau dengan masing-masing kelompok tani tebu.
   
Gambar 3.2 Truk Pengangkut Tebu Dari Lahan Ke Pabrik
Tebu-tebu yang diangkut ke pabrik, akan ditimbang terlebih dahulu oleh unit penimbangan tebu supaya bisa mendapatkan data secara bruto tentang tebu per-truknya. Tebu-tebu dalam truk yang sudah ditimbang akan di susun pada suatu tempat dan dilakukan penyeleksian dan pembersihan terhadap batang tebu yang masih banyak terdapat lumpur atau tanah yang tertempel. Tebu akan  di angkut oleh loko ke dalam pabrik setelah penyeleksian dan pembersihan selesai.
2)   Pengangkutan tebu dari lori, Tebu-tebu yang sudah dilakukan penyeleksian dan sudah diikat, akan diangkut oleh loko menuju ke dalam pabrik, agar diproses selanjutnya dalam stasiun pengilingan.
Gamber 3.3 Loko Pengangkut Tebu Ke Dalam Pabrik

Alur Produksi (III)



3.5    Proses Alur Produksi
       Proses produksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu barang  menjadi barang lain dengan beberapa tahapan atau dengan kata lain proses produksi adalah suatu proses produk yang dilakukan pada bahan mentah menjadi produk barang jadi, contoh konkritnya adalah proses produksi gula. Dimana awalnya tebu di olah melalui beberapa tahapan kemudian menghasilkan gula bersih (SHS). Dalam proses produksi ada beberapa bahan yang digunakan antara lain :
1.    Bahan Mentah yang digunakan adalah tebu yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perusahaan.
2.    Bahan Pembantu yang digunakan adalah susu kapur, belerang, kaporit, flokulan, klorida, phosfat, air inbibisi dan air tawar hasil penguapan.
  Produk yang dihasilkan dalam proses pembuatan gula ini adalah SHS (super high sugar) yang berwarna putih bersih. Produk lain yang dihasilkan dalam proses ini adalah blotong, ampas dan tetes. Blotong digunakan sebagai bahan bakar pada ketel, blotong sebagai pupuk yang dapat dipakai kemabali pemupukan pada tanaman tebu rakyat serta tetes berfungsi sebagai bahan dasar alkohol dan pengawet makanan seperti metsin dan lainnya. Dalam proses produksi pada PG Krebet Baru Bululawang, akan dilakukan melalui beberapa tahapan :
1.    Stasiun gilingan
2.    Stasiun pemurnian
3.    Stasiun penguapan (Evaporation)
4.    Stasiun masakan (Christalism)
5.    Stasiun putaran
6.    Stasiun listrik
7.    Stasiun penyelesaian (Packing).
3.5.1   Pengangkutan tebu
   Di PG Krebet Baru, baik KB I maupun KB II pada saat musin panen tiba, tebu-tebu masyarakat dan tebu perusahaan yang ditebang harus di angkut ke pabrik untuk di proses  menjadi bahan produk gula yang berkualitas. Maka dari itu, pengangkutan yang harus dilakukan oleh pabrik terhadap tebu-tebu tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu ;
1)   Pengangkutan tebu dari lahan, Tebu-tebu masyarakat dan perusahaan yang ada di lahan dan sudah ditebang, harus diangkut ke pabrik dengan truk-truk yang disediahkan oleh pabrik maupun truk-truk yang disiapkan oleh unit koperasi yang sudah bekerja sama dengan pabrik atau dengan masing-masing kelompok tani tebu.
   
Gambar 3.2 Truk Pengangkut Tebu Dari Lahan Ke Pabrik
Tebu-tebu yang diangkut ke pabrik, akan ditimbang terlebih dahulu oleh unit penimbangan tebu supaya bisa mendapatkan data secara bruto tentang tebu per-truknya. Tebu-tebu dalam truk yang sudah ditimbang akan di susun pada suatu tempat dan dilakukan penyeleksian dan pembersihan terhadap batang tebu yang masih banyak terdapat lumpur atau tanah yang tertempel. Tebu akan  di angkut oleh loko ke dalam pabrik setelah penyeleksian dan pembersihan selesai.
2)   Pengangkutan tebu dari lori, Tebu-tebu yang sudah dilakukan penyeleksian dan sudah diikat, akan diangkut oleh loko menuju ke dalam pabrik, agar diproses selanjutnya dalam stasiun pengilingan.
Gamber 3.3 Loko Pengangkut Tebu Ke Dalam Pabrik
3.5.2   Stasiun  Gilingan
            Stasiun pengilingan adalah suatu tempat dalam pabrik, yang mana fungsinya sebagi tempat untuk pekerjaan permulaan terhadap tebu-tebu yang akan diproses. Dalam stasiun ini tersusun mesin-mesin untuk pekerjaan tebu, antara lain :
1)   Mesin pengangkat tebu (cane crane)
Mesin pengangkat tebu (cane uploading crane) adalah mesin pengangkat yang fungsi untuk mengangkat tebu yang di bawa dari lori  ke atas meja tebu (cane table).
             
3.4 Cane Uploading Crane
Cane crane ini berjumlah tiga buah, dimana dua unit crane akan digunakan untuk mengangkat tebu dari lori maupun truk dan satunya  digunakan untuk mengangkat dan memindahkan peralatan-peralatan mesin dalam pabrik apabilah sewaktu-waktu pabrik mengadakan pembenahan terhadap pabrik serta mesin-mesin pemroses tebu. Mesin ini dapat bekerja dengan baik karena didukung oleh beberapa motor listrik, dimana mesin ini dapat bergerak melalui alur relnya karena adanya kerja mekanik yang dikerjakan oleh motor listrik dengan dibantu oleh beberapa accesories seperti bantalan gelinding, sabuk, puli, motor, crane, rantai, hook, dan rel jalanya mesin baik  horizontal dan vertikal.
Cara kereja dari pada cane uploading crane:
          Cane uploading crane di arahkan dari atas lori atau truk tebu, kemudian operator mengikat tebu dengan rantai dan dikaitkan ke hook setelah itu menekan tombol kontrol untuk mengangkat tebu ke atas meja tebu (cane table). Setelah tebu sudah diarahkan ke atas meja tebu, operator menekan kembali tombol kontrol agar melepaskan tebu dari cane uploading crane sehingga terlepas ke atas meja.
2)   Meja tebu (cane table), fungsinya sebagai tempat penampungan tebu yang diangkat oleh cane uploading crane dari lori atau truk sebelum tebu masuk ke cane carier I. Jumlah dari meja tebu ada 3 buah yang masing-masing dilengkapi dengan alat perata (leverer) tebu dan pembawa tebu ke dalam cane carier I serta motor pengerak dari pada peralatan itu sendiri. meja tebu memiliki daya tampung/kapasitas sebesar 6800 TCD pada tahun 2013.  
          Alat-alat yang dimaksud digerakkan oleh motor listrik dengan dihubungkan ke gearbox sehingga meredusir putaran sampai sesuai kebutuhan. Alat-alat itu adalah leverer dan confeiyor.
3)   Perata tebu (leverer), adalah alat pelengkap meja tebu yang mana fungsinya untuk menghalang dan sekaligus berfugsi sebagai perata tumpukan tebu agar masuk ke dalam cane carier secara merata.
Gambar 3.5 Cane Table & leverer
4)   Konveyor meja tebu, berfungsi sebagai pembawah tebu untuk dimasukkan ke dalam cane carier sesuai kapasitas cane carier tersebut.
5)   Cane carier, berrfungsi untuk menbawa tebu yang dijatuhkan  dari meja tebu sehingga dibawa menuju ke cane cutter untuk dicacah.
             
Gambar 3.6 Cane Carier Untuk Tebu
Cane carier tebu ini dapat bekerja dengan baik karena digerakkan oleh suatu motor listrik 3 fasa dengan daya sebesar  150 HP dan dengan putaran sebesar 1460 Rpm, dan diredusir melalui gear box sehingga menghasilkan variable speed sebesar 1500/27 min.
Cara kerja cane carier  :
Tebu yang jatuh dari mejah tebu dibawa oleh cane carier  menuju cane cutter untuk dicacah. Kecepatan jalan cane carier  disesuaikan dengan kapasitas giling yang telah ditentukan, sehingga tidak mengalami masalah kelebihan tebu atau terjadi slip pada saat gilingan dan juga kelebihan tebu yang akan menyebabkan kapasitas tebu tidak tercapai. Cara kerja otomatis dari cane carier  adalah apabilah jumlah tebu yang jatuh ke dalam cane carier melebihi kapasitas, maka kecepatan dari cane carier akan berkurang dari 400 Rpm secara otomatis demikian juga sebaliknya.
6)    Cane cutter, digerakkan oleh suatu turbin uap yang memeiliki kecepatan putar sebesar 4600 Rpm dan direduksi menjadi 800 Rpm untuk mengerakkan cane cutter dan memiliki daya serap sebsar 660 Hp. jumlah pisau yang terdapat pada cane cutter ada 48 buah bilah pisau cacah. Tebu yang sudah dipotong-potong oleh cane cuter akan dibawah oleh cane carier menuju unigrator untuk diproses selanjutnya.
7)   Unigrator
Alat ini terletak pada ujung cane carier I dimana ia siap menerima cacahan tebu yang di bawah oleh cane carier untuk di hancurkan. Alat-alat ini digunakan sebagai alat pekerjaan permulaan terhadap tebu-tebu yang akan diproses selanjutnya pada mesin pengiling tebu berikutnya.
          Unigrator berfungsi untuk mencacah tebu menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga memudahkan proses pemerahan nira pada mesin giling nantinya. Unigrator terdiri dari pemukul dan hammer tips yang berputar pada landasan yang bergigi (Anvil).
          Unigrator sendiri digerakkan oleh sebuah turbin uap yang memiliki daya sebesar 750/4276  HP/kw dan memiliki daya putar sebesar 5500 Rpm. Putaran turbin ini kemudian direduksi oleh gear box sehingga menjadi 958 Rpm. Jumlah hammer tips  adalah sebayak 80 buah. Proses yang dilakukan oleh Unigrator yaitu menghasilkan serabut tebu. Serabut atau ampas mentah yang baru dicacah di jatuhkan ke dalam cane carier II  dan diteruskan ke gilingan I untuk diperas oleh mesin pengiling I. Gilingan merupakan alat pemerahan nira tebu sehingga terpisah dari ampas. Pemerahan ini dilakukan dalam lima (5) tahapan gilingan, tiap-tiap gilingan terdiri dari dari 3 (tiga) rol belakang. Arah pengeluaran nira selalu berlawanan dengan arah pengeluaran ampas, dimana ini dimaksudkan untuk menghindari nira supaya bisa terpisah dengan ampas.
8)   Gilingan/ Mesin pengiling
               Proses pengiling merupakan suatu proses yang dikerjakan oleh mesin giling dengan maksud agar memisahkan nira tebu dari ampasnya. Dalam proses gilingan, yang menjadi pendukung utama dalam insut kerja mesin ini adalah Turbin uap dan motor hidrolik. Di dalam PG Krebet Baru I sendiri ada 5 buah mesin pengiling, ada sebuah mesin yang mengunakan motor hidrolik sebagai pengeraknya dan empat mesin lainya mengunakan turbin sebagai pengeraknya.
Pengilingan di PG Krebet Baru I mengunakan 5 mesin pengiling, dimana proses kerjanya dilakukan secara bertahap. Kelima mesin itu antara lain :
a.    Gilingan pertama (I)
Pada pengilingan pertama dimaksudkan untuk memeras ampas nira yang pertama kali dan hasil nira perahan ini dinamakan nira perahan pertama (NPP). Sebelum diperas ampas dari tebu yang sudah dihancurkan oleh Unigrator ini ditambahkan suatu larutan kimia Ca(OH)2 Be, yang dimaksudkan untuk tetap menjaga keaslian larutan gula yang terkandung dalam nira perahan. Dan kemudian nira yang telah diperas dipsahkan dari ampasnya, nira hasil perasan selanjutnya dialirkan menuju bak penampungan nira dan selanjutnya dipompakan menuju door clone (DSM) untuk disaring, sedangkan ampas yang dihasilkan tersebut dijatuhkan ke dalam IMC I untuk ditambahkan air imbibisi dari nira perahan pada gilingan III sebagai umpan pada gilingan II. Mesin pengiling I digerakkan oleh suatu turbin uap dengan daya sebesar 750 Hp, sedangkan kapasitas uap digunakan untuk mengerakkan turbin ini sebesar 22,5 kg/cm². Putaran max.
b.    Gilingan II
Ampas yang telah diperas oleh gilingan I kemudian dimasukkan ke dalam gilingan II oleh Intermediate Carier I dan diberi imbibisi dari nira perahan III. Tipe dari IMC I ini  seperti elevator yang memiliki cakar-cakar yang berfungsi untuk mengangkut ampas tebu. Setelah ampas dimasukan ke mesin pemerah/giling II maka, diproses selanjutnya dengan cara diperas lagi, dan hasil perasan nira pada gilingan II ini akan ditampungg bersama nira hasil glingan I sebab nira perahan ini masih banyak mengandung gula.
Pada gilingan II ini, yang menjadi pengeraknya adalah motor listrik.
c.    Gilingan III
Ampas dari gilingan II ditambahkan imbibisi dari nera perahan IV oleh IMC II menuju gilingan III untuk diperas selanjutnya. Nira yang dihasilkan digunakan untuk imbibisi pada ampas dari gilingan I. Tipe dari IMC II ini sama seperti IMC I yaitu bentuknya seperti elevator yang memiliki cakar-cakar yang berfungsi untuk mengankut ampas tebu.
Mesin giling ini sendiri digerakkan oleh turbin uap. Dan daya yang dipeoleh dari mesin ini adalah 740 Hp.
d.   Gilingan IV
Ampas dari gilingan III juga berimbibisi nira perahan dari gilingan V. Sebab ketika ampas yang sudah diperas pada gilingan III akan diberi Imbibisi dari gilingan V melalui IMC III. Nira yang dihasilkan pada gilingan IV digunakan sebagai imbibisi pada ampas gilingan II . tipe dari IMC III tidak seperti IMC I dan II namum bentuknya masih seperti elevator tetapi bergelombang dimana berbentuk balok dan bukan cakar. Fungsinya masih sama halnya dengan IMC I dan II yaitu mengangkut ampas tebu untuk dibawah ke gilingan V. Gilingan ini digerakkan sama turbin uap dengan daya 740 Hp.
e.    Gilingan V
Ampas dari gilingan IV diberi imbibisi air panas yang berasal dari hasil evaporasi pan panas dengan suhu sebesar ± 60 ºC.  Ampas yang telah diberi imbibisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam mesin giling V untuk digiling/diperas niranya. Hasil perasan pada gilingan V digunakan sebagai imbibisi pada gilingan IV. Ampas yang dihasilkan pada gilingan V sudah benar-benar ridak mengandung gula, sebab itu ampas ini langsung dibuang ke conveiyor untuk dibawa ke gudang dan sebagiannya digunakan sebagai bahan bakar ketel. Mesin giling V digerakkan oleh turbin uap dengan daya sebesar 750 Hp.
Flowchart: Connector: 3Flowchart: Connector: 11Flowchart: Connector: 1Flowchart: Connector: 4Flowchart: Connector: 2               
Gambar  3.7 Unit Gilingan (Mesin Giling Tebu)
Dokument Pribadi Yang Di Ambil Dalam Laporan Pkn Mahasiswa Unibra Pada tahun 2002 di PG Krebet Baru I.
Keterangan Gambar:
1.    Top roll.
2.    Roll depan.
3.    Roll belakang.
4.    Voiding roll.
5.    Bukaan muka.
6.    Bukaan belakang.
7.    Ampas plate.
8.    Ampas bulk.
9.    Lubang laluan Nira hasil perasan.
10.                         Base plate, 11. Pelat nira.
11.                         Bak tampungg nira mentah, bak tampungg ini disediahkan untuk menampung nira mentah hasil perasan yang telah diperas oleh mesin giling, dari bak ini nira akan dipompakan menuju DSM atau door clone untuk disaring sehingga mendapatkan nira mentah yang bersih.
     Bak penampung nira ini ada 4 (empat), dimana masing-masing dari bak ini dilengkapi dengan dua unit pompa sentrifugal yang fungsinya untuk memompa nira agar di saring pada door clone atau DSM Scream.
     Kedua pompa pada masing-masing bak penampung ini, tidak diopersikan semua tetapi hanya diopersikan satu saja sedangkan yang satuya digunakan sebagai alternaif atau jaga-jaga jika terjadi salah satu dari pompa ini rusak maka dapat digantikan oleh yang alternatif tadi.
9)   DSM Scream Atau Door Clone
Pada alat ini nira mentah yang dihasilkan masih mengandung kotoran seperti ampas, lumpur, dan lainnya. Maka dengan alat ini nira akan disaring sehingga menghasilkan nira bersih yang kemudian akan diteruskan ke timbangan boulogne. Kotoran yang dihasilkan dari saringan DSM Scream akan dikembalikan ke dalam ICM sehingga tercampur sama ampas tebu untuk diperas lagi
10)    Timbangan Boulogne, Berfungsi sebagai tempat penyimpanan nira bersih yang sudah disaring oleh DSM Scream, dari sini nira akan dipompa kembali ke dalam juice heater untuk dilakukan pemanasan awal.
3.5.3   Stasiun Pemurnian
Tujuan utama dari stasiun pemurnian ini adalah :
1.    memisahkan kotoran dari nira sehingga didapat nira yang bersih.
2.    Mendapatkan saccharosa dari nira sebanyak mungkin.
3.    Menekan pecahnya saccharosa dan terbentuknya gula reduksi.
4.    Menghilangkan sebanyak mungkin bagian-bagian yang bukan komponen gula dalam nira mentah sehingga kerugian yang ditimbulkan menjadi berkurang. Nira yang berasal dari stasiun gilingan masih berwarna kuning keruh dan banyak mengandung kotoran berupa larutan koloid yang lolos dari penyaringan maupun pemisahan lumpur yang akan diproses dalam stasiun pemurnian ini.
Komponen nira mentah secara kasar menurut Soerjadi (1995) adalah sebagai berikut :
a)    Sukrosa                            140      gr.
b)   Gula reduksi                     5-19     gr.
c)    Zat organik                       2-5       gr.
d)   Air                                    840      gr.
e)    Zat anorganik                   3-10     gr
                 
Gbr  3.8 Timbangan Boulogne
          Timbangan boulogne (timbangan Nira mentah) digunakan untuk mengetahui nira mentah yang dihasilkan dari stasiun gilingan sehingga diperoleh data pengawasan sebagai standar perhitungan gilingan pabrikasi.
          Floride (florid) adalah alat yang digunakan untuk mengetahui laju jumlah aliran nira perjam yang masuk maupun keluar dari door clone atau DSM Scream.
                         
Gambar 3.9 Floride
Proses pemurnian ini dibagi dalam beberapa tahap :
1.    Pemanasan Pertama.
          Nira mentah yang telah ditimbang dengan diketahui berat atau telah diketahui kapasitas isinya dalam timbangan boulogne, akan ditambahkan suatu larutan TSP (Triple Super Phospat). Kemudian nira hasil mixer ini di pompahkan menuju Juice Heater I yang akan dipanaskan dengan suhu sebesar 70 ºC.
Pemanasan ini bertujuan untuk :
a)    Menonaktifkan jasad renik yang masih terkandung dalam nira.
b)   Mempercepat reaksi nira mentah dengan susu kapur yang ditambahkan nanti.
          Pada juice heater I yang bersuhu panas sebesar 70 ºC ini, panasnya didapatkan dari Exhausted Steam dari turbin yang ada di PG. Krebet Baru I. Dan juice heater II digunakan untuk memanaskan nira yang telah disulfitir dan nira yang telah diberi susu kapur sehingga nanti mudah dilakukan proses pennguapan pada pan panas. Juice heater II ini, mengunakan sisa uap panas yang dibuang oleh turbin yaitu sebesar 100 ºC.
                 
Gambar 3.10 Juice Heater
2.    Penambahan Susu Kapur Pada Nira Mentah
          Nira yang telah dipanaskan pada Juice Heater I dialirkan menuju kalk dozer aparatus untuk dilakukan pencampuran susu kapur dengan nira. Pencampuran susu kapur dengan nira dilakukan dalam defekator I  sehingga terjadi peningkatan kadar pH dari 5,2 menjadi 7,2. Setelah itu, nira yang sudah diberi susu kapur tersebut dialirkan ke defekator II dan ditambahkan lagi susu kapur untuk meningkatkan kadar pHnya menjadi 8,6. Penambahan susu kapur ini dimaksudkan untuk membentuk endapan agar mengikat kotoran yang terkandung dalam nira. Pengontrolan kadar pH nira dilakukan setiap saat dengan mengunakan PAN (Para Alpha Naptatal).
  
Gambar 3.11 Kalk Dozer
3.    Defekator
          Defecator adalah suatu alat yang fungsinya sebagai alat pencampur susu kapur dengan nira mentah. Defekator di PG Krebet baru I ada dua unit yang mana kerjanya saling mendukung. Defekator I digunakan untuk mencampur susu kapur dengan nira hingga mencapai kadar pH 7 – 7,2 , dimana kecepatan pengadukannya 70 Rpm dan waktu tinggal 3 menit. Nira yang telah dikapuri tersebut dialirkan menuju defekator II agar ditambahkan lagi susu kapur sehingga menghasilkan kadar pH 8,6. Pada defekator II, kecepatan pengadukan yang diberikan adalah sebesar 90 Rpm dalam sisa waktu satu menit.
Pengaduk
 
Gambar 3.12 Defekator
4.    Sulfitasi
Nira yang dialirkan dari defekator I maupun II dialirkan gas belerang (SO2) dalam bejana sulfitasi sehingga phnya turun menjadi 7,2 (netral). Gas SO2 tersebut berasal dari hasil pembakaran belerang padat dengan udara kering yang berasal dari dalam oven belerang. Pengontrolan ini dilakukan setiap 15 menit dengan mengunakan BTM (Broom Timol Blue) atau PAN. Bilamana pHnya terlalu asam akan merusak nira sedangkan bila terlalu basah akan menghasilkan gula merah, karena nira masih banyak mengandung koloid. Dengan penurunan pH, akan terjadi dirosiasi asam sulfit max. sehingga menbentuk endapan CaCO3 dengan susu kapur yang merupakan inti dari kotoran-kotoran terikat lainnya sehingga pengengdapan lebih cepat.
Mula-mula nira terkapur dialirkan ke bejana sulfitasi melalui bagian bawah bejana. Sedangkan gas SO2  diinjeksikan dari atas sehingga terjadi kontak dan bereaksi terhadap nira terkapur. Nira tersulfitir keluar melalui bagian sanping bawah reaktor.
Gambar 3.13 Bejana Sulfitasi
5.    Flash Tank
Berfungsi sebagai tempat keluaran gas-gas dalam nira sehingga tidak mengganggu proses pengengdapan. Flash Tank berbentuk silinder tegak yang dilengkapi dengan cerobong keluaran gas pada bagian atasnya.
Cara kerja flash tank :
Nira masuk melalui bagian samping atas secara tangensial sehingga gelembung gas dalam nira akan pecah dan gas-gasnya akan keluar dari nira dan naik menuju keatas cerobong dan keluar dari flash tank.
6.    Pemisahan Gas-Gas
Setelah proses ini dilakukan dalam flash tank dengan mengunakan aliran tangensial, maka gas-gas yang terbentuk pada proses sebelumnya (O2, NH3 = senyawa yang terbentuk dari proses oksidasi bahan organik yang mengandung nitrogen dalam air limbah dengan bantuan bakteri) akan keluar.
         
Gambar 3.14 Bukaan Belerang
7.    Pengendapan
Untuk mempercepat proses pengengdapan maka nira yang berasal dari flash tank ditambah dengan flokulan sebelum diendapkan dalam SRI.
Aturan pemakaian Superfloc dalam 200 Liter air bersih adalah :
a)    Larutan 2 kg superfloc dalam 200 liter air bersih.
b)   50 liter larutan pertama diencerkan hingga 200 liter.
c)    Larutan kedua dimasukkan dalam SRI dengan kadar max 2 ppm dibanding nira tebu.
SRI mengunakan sistem single tray yang terbagi dalam 4 compartement. Ciri kerjanya adalah nira masuk ke feed compartement yang berfungsi untuk memasukkan busa dengan cara diskrap. Nira kemudian dialirkan melalui center tube agar tiap compartement ditampung terlebih dahulu dalam fuel urel untuk mengatur kecepatan aliran sehingga memberi kesempatan pada floculant untuk mengikat kotoran. Setelah pengengdapan akan diperoleh nira jernih yang keluar untuk disaring dalam DSM Screen. Nira yang telah disaring, kemudian di bawah menuju ke voor cooker untuk pemanasan awal.
                  
Gambar 3.15 Door Clarifier
8.    Pemisahan Blotong
Endapan atau nira kotor dari SRI dicampur dengan ampas halus (bagasillo) mud juice dan susu kapur yang kemudian disaring dalam vacum filter. Vacum filter berfungsi untuk menyaring nira kotor yamg berasal dari hasil pengengdapan sehingga didapat nira bersih dan blotong. Nira bersih dialirkan menuju filtrat recifier tank dan seterusnya dialirkan kembali menuju juice heater 2 sedangkan blotong diangkut oleh truk dan akan digunakan sebagai pupuk.
               
Gambar 3.16 Vacuum Filter
Cara Kerja Vacuum Filter :
Drum berputar dengan kecepatan 0,1 – 1,5 Rpm. Mula-mula ampas yang di dapatkan dari hasil filtrasi pada door clarifier dipompakan menuju mud mixer dengan tujuan agar mud juce tadi bisa tercampur rata dengan ampas halus yang ditambahkan. Selanjutnya, dari mud mixer di alirkan menuju vacuum filter.
Dalam Vacuum filter ini, mud juce disirami dengan air injeksi yang berasal dari air kondensat hasil evaporasi pada pan panas 3,4 dan 5 sehingga memudahkan dalam penyaringan.
Bagian yang tercelup dengan sektor hampa rendah sehingga larutan kental menempel pada jaringan , selanjutnya pada bagian hampa tinggi disemprotkan dengan air injeksi 2 – 5% dibanding dengan berat tebu yang masuk (nira). Air injeksi ini akan melarutkan nira yang masih tertinggal di atas saringan dialirkan ke defekator II untuk dialirkan kembali menuju juice heater II.
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil pengengdapan :
a)    Pengaruh luar dari kualitas tebu, lamanya penyimpanan tebu, serta kualitas nira.
b)   Pengaruh dalam yaitu pemberian larutan kapur dan pengaruh pH pada proses pemurnian.