Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya
besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya,
sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling
berkait. Rodagigi sering digunakan
karena dapat meneruskan putaran dan daya yang lebih bervariasi dan lebih
kompak daripada menggunakan alat transmisi yang lainnya, selain itu
rodagigi juga memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan alat
transmisi lainnya, yaitu :
1. Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar.
Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.
Kemampuan menerima beban lebih tinggi.
Efisiensi pemindahan dayanya tinggi karena faktor terjadinya slip sangat kecil.
Kecepatan transmisi rodagigi dapat ditentukan sehingga dapat digunakan dengan pengukuran yang kecil dan daya yang besar.
Rodagigi harus mempunyai perbandingan kecepatan sudut tetap antara dua
poros. Di samping itu terdapat pula rodagigi yang perbandingan kecepatan
sudutnya dapat bervariasi. Ada pula rodagigi dengan putaran yang
terputus-putus.
Dalam teori, rodagigi pada umumnya dianggap
sebagai benda kaku yang hampir tidak mengalami perubahan bentuk dalam
jangka waktu lama.
2.1 Klasifikasi Rodagigi
Rodagigi diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut letak poros.
Menurut arah putaran.
Menurut bentuk jalur gigi
2.1.1 Menurut Letak Poros
Menurut letak poros maka rodagigi diklasifikasikan seperti tabel berikut
Letak Poros Rodagigi Keterangan
Rodagigi dengan poros sejajar
Rodagigi lurus
Rodagigi miring
Rodagigi miring ganda
Rodagigi luar
Rodagigi dalam dan pinion
Batang gigi dan pinion Klasifikasi atas dasar bentuk alur gigi
Arah putaran berlawanan
Arah putaran sama
Gerakan lurus dan berputar
Rodagigi dengan poros berpotongan Rodagigi kerucut lurus
Rodagigi kerucut spiral
Rodagigi kerucut zerol
Rodagigi kerucut miring
Rodagigi kerucut miring ganda
Rodagigi permukaan dengan poros berpotongan
Klasifikasi atas dasar bentuk jalur gigi
Rodagigi dengan poros berpotongan berbentuk istimewa
Rodagigi dengan poros silang Rodagigi miring silang
Batang gigi miring silang
Rodagigi cacing silindris
Rodagigi cacing selubung ganda
Rodagigi cacing samping
Rodagigi hiperboloid
Rodagigi hipoid
Rodagigi permukaan silang Kontak gigi
Gerak lurus dan berputar
belajarwebsites
Friday, October 31, 2014
Monday, October 27, 2014
Alur Produksi (III)
3.5 Proses Alur Produksi
Proses
produksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu barang menjadi barang lain dengan beberapa tahapan
atau dengan kata lain proses produksi adalah suatu proses produk yang dilakukan
pada bahan mentah menjadi produk barang jadi, contoh konkritnya adalah proses
produksi gula. Dimana awalnya tebu di olah melalui beberapa tahapan kemudian
menghasilkan gula bersih (SHS). Dalam proses produksi ada beberapa bahan yang
digunakan antara lain :
1. Bahan
Mentah yang digunakan adalah tebu
yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perusahaan.
2. Bahan
Pembantu yang digunakan adalah susu
kapur, belerang, kaporit, flokulan, klorida, phosfat, air inbibisi dan air
tawar hasil penguapan.
Produk
yang dihasilkan dalam proses pembuatan gula ini adalah SHS (super high sugar) yang berwarna putih
bersih. Produk lain yang dihasilkan dalam proses ini adalah blotong, ampas dan
tetes. Blotong digunakan sebagai bahan bakar pada ketel, blotong sebagai pupuk
yang dapat dipakai kemabali pemupukan pada tanaman tebu rakyat serta tetes
berfungsi sebagai bahan dasar alkohol dan pengawet makanan seperti metsin dan
lainnya. Dalam proses produksi pada PG Krebet Baru Bululawang, akan dilakukan
melalui beberapa tahapan :
1. Stasiun
gilingan
2. Stasiun
pemurnian
3. Stasiun
penguapan (Evaporation)
4. Stasiun
masakan (Christalism)
5. Stasiun
putaran
6. Stasiun
listrik
7. Stasiun
penyelesaian (Packing).
3.5.1
Pengangkutan
tebu
Di PG Krebet
Baru, baik KB I maupun KB II pada saat musin panen tiba, tebu-tebu masyarakat
dan tebu perusahaan yang ditebang harus di angkut ke pabrik untuk di proses menjadi bahan produk gula yang berkualitas.
Maka dari itu, pengangkutan yang harus dilakukan oleh pabrik terhadap tebu-tebu
tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu ;
1) Pengangkutan
tebu dari lahan, Tebu-tebu masyarakat dan perusahaan yang ada di lahan dan
sudah ditebang, harus diangkut ke pabrik dengan truk-truk yang disediahkan oleh
pabrik maupun truk-truk yang disiapkan oleh unit koperasi yang sudah bekerja
sama dengan pabrik atau dengan masing-masing kelompok tani tebu.

Gambar
3.2 Truk Pengangkut Tebu Dari Lahan Ke Pabrik
Tebu-tebu
yang diangkut ke pabrik, akan ditimbang terlebih dahulu oleh unit penimbangan
tebu supaya bisa mendapatkan data secara bruto tentang tebu per-truknya.
Tebu-tebu dalam truk yang sudah ditimbang akan di susun pada suatu tempat dan
dilakukan penyeleksian dan pembersihan terhadap batang tebu yang masih banyak
terdapat lumpur atau tanah yang tertempel. Tebu akan di angkut oleh loko ke dalam pabrik setelah
penyeleksian dan pembersihan selesai.
2) Pengangkutan
tebu dari lori, Tebu-tebu yang sudah dilakukan penyeleksian dan sudah diikat,
akan diangkut oleh loko menuju ke dalam pabrik, agar diproses selanjutnya dalam
stasiun pengilingan.

Gamber
3.3 Loko Pengangkut Tebu Ke Dalam Pabrik
Alur Produksi (III)
3.5
Proses
Alur Produksi
Proses
produksi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengubah suatu barang menjadi barang lain dengan beberapa tahapan
atau dengan kata lain proses produksi adalah suatu proses produk yang dilakukan
pada bahan mentah menjadi produk barang jadi, contoh konkritnya adalah proses
produksi gula. Dimana awalnya tebu di olah melalui beberapa tahapan kemudian
menghasilkan gula bersih (SHS). Dalam proses produksi ada beberapa bahan yang
digunakan antara lain :
1. Bahan
Mentah yang digunakan adalah tebu
yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh perusahaan.
2. Bahan
Pembantu yang digunakan adalah susu
kapur, belerang, kaporit, flokulan, klorida, phosfat, air inbibisi dan air
tawar hasil penguapan.
Produk
yang dihasilkan dalam proses pembuatan gula ini adalah SHS (super high sugar) yang berwarna putih
bersih. Produk lain yang dihasilkan dalam proses ini adalah blotong, ampas dan
tetes. Blotong digunakan sebagai bahan bakar pada ketel, blotong sebagai pupuk
yang dapat dipakai kemabali pemupukan pada tanaman tebu rakyat serta tetes
berfungsi sebagai bahan dasar alkohol dan pengawet makanan seperti metsin dan
lainnya. Dalam proses produksi pada PG Krebet Baru Bululawang, akan dilakukan
melalui beberapa tahapan :
1. Stasiun
gilingan
2. Stasiun
pemurnian
3. Stasiun
penguapan (Evaporation)
4. Stasiun
masakan (Christalism)
5. Stasiun
putaran
6. Stasiun
listrik
7. Stasiun
penyelesaian (Packing).
3.5.1
Pengangkutan
tebu
Di PG Krebet
Baru, baik KB I maupun KB II pada saat musin panen tiba, tebu-tebu masyarakat
dan tebu perusahaan yang ditebang harus di angkut ke pabrik untuk di proses menjadi bahan produk gula yang berkualitas.
Maka dari itu, pengangkutan yang harus dilakukan oleh pabrik terhadap tebu-tebu
tersebut dapat dibagi menjadi 2 yaitu ;
1) Pengangkutan
tebu dari lahan, Tebu-tebu masyarakat dan perusahaan yang ada di lahan dan
sudah ditebang, harus diangkut ke pabrik dengan truk-truk yang disediahkan oleh
pabrik maupun truk-truk yang disiapkan oleh unit koperasi yang sudah bekerja
sama dengan pabrik atau dengan masing-masing kelompok tani tebu.

Gambar
3.2 Truk Pengangkut Tebu Dari Lahan Ke Pabrik
Tebu-tebu
yang diangkut ke pabrik, akan ditimbang terlebih dahulu oleh unit penimbangan
tebu supaya bisa mendapatkan data secara bruto tentang tebu per-truknya.
Tebu-tebu dalam truk yang sudah ditimbang akan di susun pada suatu tempat dan
dilakukan penyeleksian dan pembersihan terhadap batang tebu yang masih banyak
terdapat lumpur atau tanah yang tertempel. Tebu akan di angkut oleh loko ke dalam pabrik setelah
penyeleksian dan pembersihan selesai.
2) Pengangkutan
tebu dari lori, Tebu-tebu yang sudah dilakukan penyeleksian dan sudah diikat,
akan diangkut oleh loko menuju ke dalam pabrik, agar diproses selanjutnya dalam
stasiun pengilingan.

Gamber
3.3 Loko Pengangkut Tebu Ke Dalam Pabrik
3.5.2
Stasiun Gilingan
Stasiun
pengilingan adalah suatu tempat dalam pabrik, yang mana fungsinya sebagi tempat
untuk pekerjaan permulaan terhadap tebu-tebu yang akan diproses. Dalam stasiun
ini tersusun mesin-mesin untuk pekerjaan tebu, antara lain :
1) Mesin
pengangkat tebu (cane crane)
Mesin pengangkat tebu (cane uploading crane) adalah mesin pengangkat yang fungsi untuk
mengangkat tebu yang di bawa dari lori
ke atas meja tebu (cane table).

3.4
Cane Uploading Crane
Cane crane
ini berjumlah tiga buah, dimana dua unit
crane akan digunakan untuk mengangkat tebu dari lori maupun truk dan satunya
digunakan untuk mengangkat dan memindahkan
peralatan-peralatan mesin dalam pabrik apabilah sewaktu-waktu pabrik mengadakan
pembenahan terhadap pabrik serta mesin-mesin pemroses tebu. Mesin ini dapat
bekerja dengan baik karena didukung oleh beberapa motor listrik, dimana mesin
ini dapat bergerak melalui alur relnya karena adanya kerja mekanik yang
dikerjakan oleh motor listrik dengan dibantu oleh beberapa accesories seperti bantalan gelinding, sabuk, puli, motor, crane, rantai, hook, dan rel jalanya mesin baik horizontal
dan vertikal.
Cara kereja dari pada cane uploading crane:
Cane uploading crane di arahkan dari
atas lori atau truk tebu, kemudian operator mengikat tebu dengan rantai dan
dikaitkan ke hook setelah itu menekan tombol kontrol untuk mengangkat tebu ke
atas meja tebu (cane table). Setelah
tebu sudah diarahkan ke atas meja tebu, operator menekan kembali tombol kontrol
agar melepaskan tebu dari cane uploading
crane sehingga terlepas ke atas meja.
2) Meja
tebu (cane table), fungsinya sebagai tempat penampungan tebu yang diangkat oleh cane uploading crane dari lori atau truk
sebelum tebu masuk ke cane carier I.
Jumlah dari meja tebu ada 3 buah yang masing-masing dilengkapi dengan alat
perata (leverer) tebu dan pembawa
tebu ke dalam cane carier I serta
motor pengerak dari pada peralatan itu sendiri. meja tebu memiliki daya tampung/kapasitas
sebesar 6800 TCD pada tahun 2013.
Alat-alat
yang dimaksud digerakkan oleh motor listrik dengan dihubungkan ke gearbox sehingga meredusir putaran
sampai sesuai kebutuhan. Alat-alat itu adalah leverer dan confeiyor.
3) Perata
tebu (leverer), adalah alat pelengkap
meja tebu yang mana fungsinya untuk menghalang dan sekaligus berfugsi sebagai
perata tumpukan tebu agar masuk ke dalam cane
carier secara merata.



Gambar
3.5 Cane Table & leverer
4) Konveyor
meja tebu, berfungsi sebagai
pembawah tebu untuk dimasukkan ke dalam cane
carier sesuai kapasitas cane carier
tersebut.
5) Cane carier,
berrfungsi untuk menbawa tebu yang dijatuhkan dari meja tebu sehingga dibawa menuju ke cane cutter untuk dicacah.


Gambar
3.6 Cane Carier Untuk Tebu
Cane carier
tebu ini dapat bekerja dengan baik karena digerakkan oleh suatu motor listrik 3
fasa dengan daya sebesar 150 HP dan dengan
putaran sebesar 1460 Rpm, dan diredusir melalui gear box sehingga menghasilkan variable
speed sebesar 1500/27 min.
Cara kerja cane carier :
Tebu yang jatuh dari mejah tebu dibawa oleh cane
carier menuju cane cutter untuk dicacah.
Kecepatan jalan cane carier disesuaikan dengan kapasitas giling yang
telah ditentukan, sehingga tidak mengalami masalah kelebihan tebu atau terjadi
slip pada saat gilingan dan juga kelebihan tebu yang akan menyebabkan kapasitas
tebu tidak tercapai. Cara kerja otomatis dari cane carier adalah apabilah
jumlah tebu yang jatuh ke dalam cane carier
melebihi kapasitas, maka kecepatan dari cane carier akan berkurang dari 400
Rpm secara otomatis demikian juga sebaliknya.
6)
Cane
cutter, digerakkan oleh suatu turbin uap yang memeiliki kecepatan putar
sebesar 4600 Rpm dan direduksi menjadi 800 Rpm untuk mengerakkan cane cutter dan memiliki daya serap
sebsar 660 Hp. jumlah pisau yang terdapat pada cane cutter ada 48 buah bilah pisau cacah. Tebu yang sudah
dipotong-potong oleh cane cuter akan dibawah oleh cane carier menuju unigrator
untuk diproses selanjutnya.
7)
Unigrator
Alat ini terletak pada ujung cane carier I dimana ia siap menerima cacahan tebu yang di bawah
oleh cane carier untuk di hancurkan. Alat-alat ini digunakan sebagai alat
pekerjaan permulaan terhadap tebu-tebu yang akan diproses selanjutnya pada
mesin pengiling tebu berikutnya.
Unigrator berfungsi untuk mencacah tebu
menjadi ukuran yang lebih kecil sehingga memudahkan proses pemerahan nira pada
mesin giling nantinya. Unigrator terdiri dari pemukul dan hammer tips yang berputar pada landasan yang bergigi (Anvil).
Unigrator sendiri digerakkan oleh sebuah
turbin uap yang memiliki daya sebesar 750/4276 HP/kw dan memiliki daya putar sebesar 5500
Rpm. Putaran turbin ini kemudian direduksi oleh gear box sehingga menjadi 958 Rpm. Jumlah hammer tips adalah sebayak
80 buah. Proses yang dilakukan oleh Unigrator
yaitu menghasilkan serabut tebu. Serabut atau ampas mentah yang baru dicacah di
jatuhkan ke dalam cane carier II dan diteruskan
ke gilingan I untuk diperas oleh mesin pengiling I. Gilingan merupakan alat
pemerahan nira tebu sehingga terpisah dari ampas. Pemerahan ini dilakukan dalam
lima (5) tahapan gilingan, tiap-tiap gilingan terdiri dari dari 3 (tiga) rol
belakang. Arah pengeluaran nira selalu berlawanan dengan arah pengeluaran
ampas, dimana ini dimaksudkan untuk menghindari nira supaya bisa terpisah
dengan ampas.
8) Gilingan/
Mesin pengiling
Proses pengiling merupakan suatu
proses yang dikerjakan oleh mesin giling dengan maksud agar memisahkan nira
tebu dari ampasnya. Dalam proses gilingan, yang menjadi pendukung utama dalam
insut kerja mesin ini adalah Turbin uap dan motor hidrolik. Di dalam PG Krebet Baru
I sendiri ada 5 buah mesin pengiling, ada sebuah mesin yang mengunakan motor
hidrolik sebagai pengeraknya dan empat mesin lainya mengunakan turbin sebagai
pengeraknya.
Pengilingan di PG Krebet Baru I mengunakan 5 mesin
pengiling, dimana proses kerjanya dilakukan secara bertahap. Kelima mesin itu
antara lain :
a. Gilingan
pertama (I)
Pada pengilingan pertama dimaksudkan
untuk memeras ampas nira yang pertama kali dan hasil nira perahan ini dinamakan
nira perahan pertama (NPP). Sebelum diperas ampas dari tebu yang sudah
dihancurkan oleh Unigrator ini
ditambahkan suatu larutan kimia Ca(OH)2 Be, yang dimaksudkan untuk tetap menjaga
keaslian larutan gula yang terkandung dalam nira perahan. Dan kemudian nira
yang telah diperas dipsahkan dari ampasnya, nira hasil perasan selanjutnya
dialirkan menuju bak penampungan nira dan selanjutnya dipompakan menuju door clone (DSM) untuk disaring,
sedangkan ampas yang dihasilkan tersebut dijatuhkan ke dalam IMC I untuk
ditambahkan air imbibisi dari nira perahan pada gilingan III sebagai umpan pada
gilingan II. Mesin pengiling I digerakkan oleh suatu turbin uap dengan daya
sebesar 750 Hp, sedangkan kapasitas uap digunakan untuk mengerakkan turbin ini
sebesar 22,5 kg/cm². Putaran max.
b. Gilingan
II
Ampas yang telah diperas oleh gilingan I
kemudian dimasukkan ke dalam gilingan II oleh Intermediate Carier I dan diberi imbibisi dari nira perahan III. Tipe
dari IMC I ini seperti elevator yang memiliki cakar-cakar yang
berfungsi untuk mengangkut ampas tebu. Setelah ampas dimasukan ke mesin
pemerah/giling II maka, diproses selanjutnya dengan cara diperas lagi, dan
hasil perasan nira pada gilingan II ini akan ditampungg bersama nira hasil
glingan I sebab nira perahan ini masih banyak mengandung gula.
Pada gilingan II ini, yang menjadi
pengeraknya adalah motor listrik.
c. Gilingan
III
Ampas dari gilingan II ditambahkan
imbibisi dari nera perahan IV oleh IMC II menuju gilingan III untuk diperas
selanjutnya. Nira yang dihasilkan digunakan untuk imbibisi pada ampas dari
gilingan I. Tipe dari IMC II ini sama seperti IMC I yaitu bentuknya seperti elevator yang memiliki cakar-cakar yang
berfungsi untuk mengankut ampas tebu.
Mesin giling ini sendiri digerakkan oleh
turbin uap. Dan daya yang dipeoleh dari mesin ini adalah 740 Hp.
d. Gilingan
IV
Ampas dari gilingan III juga berimbibisi
nira perahan dari gilingan V. Sebab ketika ampas yang sudah diperas pada
gilingan III akan diberi Imbibisi dari gilingan V melalui IMC III. Nira yang
dihasilkan pada gilingan IV digunakan sebagai imbibisi pada ampas gilingan II .
tipe dari IMC III tidak seperti IMC I dan II namum bentuknya masih seperti elevator tetapi bergelombang dimana berbentuk
balok dan bukan cakar. Fungsinya masih sama halnya dengan IMC I dan II yaitu
mengangkut ampas tebu untuk dibawah ke gilingan V. Gilingan ini digerakkan sama
turbin uap dengan daya 740 Hp.
e. Gilingan
V
Ampas dari gilingan IV diberi imbibisi
air panas yang berasal dari hasil evaporasi pan panas dengan suhu sebesar ± 60
ºC. Ampas yang telah diberi imbibisi air
panas kemudian dimasukkan ke dalam mesin giling V untuk digiling/diperas
niranya. Hasil perasan pada gilingan V digunakan sebagai imbibisi pada gilingan
IV. Ampas yang dihasilkan pada gilingan V sudah benar-benar ridak mengandung
gula, sebab itu ampas ini langsung dibuang ke conveiyor untuk dibawa ke gudang
dan sebagiannya digunakan sebagai bahan bakar ketel. Mesin giling V digerakkan
oleh turbin uap dengan daya sebesar 750 Hp.






Gambar
3.7 Unit Gilingan (Mesin Giling Tebu)
Dokument Pribadi Yang
Di Ambil Dalam Laporan Pkn Mahasiswa Unibra Pada tahun 2002 di PG Krebet Baru
I.
Keterangan
Gambar:
1.
Top
roll.
2. Roll
depan.
3. Roll
belakang.
4. Voiding roll.
5. Bukaan
muka.
6. Bukaan
belakang.
7. Ampas
plate.
8. Ampas
bulk.
9. Lubang
laluan Nira hasil perasan.
10.
Base plate, 11. Pelat nira.
11.
Bak
tampungg nira mentah, bak tampungg ini disediahkan untuk menampung nira mentah
hasil perasan yang telah diperas oleh mesin giling, dari bak ini nira akan
dipompakan menuju DSM atau door clone
untuk disaring sehingga mendapatkan nira mentah yang bersih.
Bak
penampung nira ini ada 4 (empat), dimana masing-masing dari bak ini dilengkapi
dengan dua unit pompa sentrifugal yang fungsinya untuk memompa nira agar di
saring pada door clone atau DSM Scream.
Kedua
pompa pada masing-masing bak penampung ini, tidak diopersikan semua tetapi
hanya diopersikan satu saja sedangkan yang satuya digunakan sebagai alternaif
atau jaga-jaga jika terjadi salah satu dari pompa ini rusak maka dapat
digantikan oleh yang alternatif tadi.
9) DSM Scream
Atau Door Clone
Pada
alat ini nira mentah yang dihasilkan masih mengandung kotoran seperti ampas,
lumpur, dan lainnya. Maka dengan alat ini nira akan disaring sehingga
menghasilkan nira bersih yang kemudian akan diteruskan ke timbangan boulogne. Kotoran yang dihasilkan dari saringan
DSM Scream akan dikembalikan ke dalam
ICM sehingga tercampur sama ampas tebu untuk diperas lagi
10) Timbangan
Boulogne, Berfungsi sebagai tempat
penyimpanan nira bersih yang sudah disaring oleh DSM Scream, dari sini nira akan dipompa kembali ke dalam juice heater untuk dilakukan pemanasan
awal.
3.5.3
Stasiun
Pemurnian
Tujuan utama dari stasiun pemurnian ini adalah :
1. memisahkan
kotoran dari nira sehingga didapat nira yang bersih.
2. Mendapatkan
saccharosa dari nira sebanyak
mungkin.
3. Menekan
pecahnya saccharosa dan terbentuknya
gula reduksi.
4. Menghilangkan
sebanyak mungkin bagian-bagian yang bukan komponen gula dalam nira mentah
sehingga kerugian yang ditimbulkan menjadi berkurang. Nira yang berasal dari
stasiun gilingan masih berwarna kuning keruh dan banyak mengandung kotoran
berupa larutan koloid yang lolos dari penyaringan maupun pemisahan lumpur yang
akan diproses dalam stasiun pemurnian ini.
Komponen nira mentah secara kasar menurut Soerjadi
(1995) adalah sebagai berikut :
a) Sukrosa
140 gr.
b) Gula
reduksi 5-19 gr.
c) Zat
organik 2-5 gr.
d) Air
840 gr.
e) Zat
anorganik 3-10 gr







Gbr
3.8 Timbangan Boulogne
Timbangan
boulogne (timbangan Nira mentah)
digunakan untuk mengetahui nira mentah yang dihasilkan dari stasiun gilingan sehingga
diperoleh data pengawasan sebagai standar perhitungan gilingan pabrikasi.
Floride (florid) adalah
alat yang digunakan untuk mengetahui laju jumlah aliran nira perjam yang masuk
maupun keluar dari door clone atau
DSM Scream.

Gambar
3.9 Floride
Proses pemurnian ini dibagi dalam beberapa tahap :
1.
Pemanasan
Pertama.
Nira
mentah yang telah ditimbang dengan diketahui berat atau telah diketahui
kapasitas isinya dalam timbangan boulogne,
akan ditambahkan suatu larutan TSP (Triple
Super Phospat). Kemudian nira hasil mixer
ini di pompahkan menuju Juice Heater I yang akan dipanaskan dengan suhu sebesar
70 ºC.
Pemanasan ini bertujuan untuk :
a) Menonaktifkan
jasad renik yang masih terkandung dalam nira.
b) Mempercepat
reaksi nira mentah dengan susu kapur yang ditambahkan nanti.
Pada juice heater I yang bersuhu panas
sebesar 70 ºC ini, panasnya didapatkan dari Exhausted
Steam dari turbin yang ada di PG. Krebet Baru I. Dan juice heater II digunakan untuk memanaskan nira yang telah
disulfitir dan nira yang telah diberi susu kapur sehingga nanti mudah dilakukan
proses pennguapan pada pan panas. Juice
heater II ini, mengunakan sisa uap panas yang dibuang oleh turbin yaitu
sebesar 100 ºC.



Gambar
3.10 Juice Heater
2. Penambahan Susu Kapur Pada Nira
Mentah
Nira
yang telah dipanaskan pada Juice Heater I
dialirkan menuju kalk dozer aparatus untuk
dilakukan pencampuran susu kapur dengan nira. Pencampuran susu kapur dengan
nira dilakukan dalam defekator I sehingga terjadi peningkatan kadar pH dari
5,2 menjadi 7,2. Setelah itu, nira yang sudah diberi susu kapur tersebut
dialirkan ke defekator II dan
ditambahkan lagi susu kapur untuk meningkatkan kadar pHnya menjadi 8,6.
Penambahan susu kapur ini dimaksudkan untuk membentuk endapan agar mengikat
kotoran yang terkandung dalam nira. Pengontrolan kadar pH nira dilakukan setiap
saat dengan mengunakan PAN (Para Alpha
Naptatal).

Gambar
3.11 Kalk Dozer
3. Defekator
Defecator adalah suatu alat yang fungsinya sebagai
alat pencampur susu kapur dengan nira mentah. Defekator di PG Krebet baru I ada
dua unit yang mana kerjanya saling mendukung. Defekator I digunakan untuk
mencampur susu kapur dengan nira hingga mencapai kadar pH 7 – 7,2 , dimana
kecepatan pengadukannya 70 Rpm dan waktu tinggal 3 menit. Nira yang telah
dikapuri tersebut dialirkan menuju defekator II agar ditambahkan lagi susu
kapur sehingga menghasilkan kadar pH 8,6. Pada defekator II, kecepatan
pengadukan yang diberikan adalah sebesar 90 Rpm dalam sisa waktu satu menit.


|

Gambar 3.12 Defekator
4.
Sulfitasi
Nira
yang dialirkan dari defekator I
maupun II dialirkan gas belerang (SO2)
dalam bejana sulfitasi sehingga phnya turun menjadi 7,2 (netral). Gas SO2
tersebut
berasal dari hasil pembakaran belerang padat dengan udara kering yang berasal
dari dalam oven belerang. Pengontrolan
ini dilakukan setiap 15 menit dengan mengunakan BTM (Broom Timol Blue) atau PAN. Bilamana pHnya terlalu asam akan
merusak nira sedangkan bila terlalu basah akan menghasilkan gula merah, karena
nira masih banyak mengandung koloid. Dengan penurunan pH, akan terjadi
dirosiasi asam sulfit max. sehingga menbentuk endapan CaCO3
dengan
susu kapur yang merupakan inti dari kotoran-kotoran terikat lainnya sehingga pengengdapan
lebih cepat.
Mula-mula
nira terkapur dialirkan ke bejana sulfitasi melalui bagian bawah bejana.
Sedangkan gas SO2 diinjeksikan dari atas
sehingga terjadi kontak dan bereaksi terhadap nira terkapur. Nira tersulfitir
keluar melalui bagian sanping bawah reaktor.

Gambar 3.13 Bejana Sulfitasi
5. Flash
Tank
Berfungsi
sebagai tempat keluaran gas-gas dalam nira sehingga tidak mengganggu proses pengengdapan.
Flash Tank berbentuk silinder tegak
yang dilengkapi dengan cerobong keluaran gas pada bagian atasnya.
Cara kerja flash tank :
Nira
masuk melalui bagian samping atas secara tangensial sehingga gelembung gas
dalam nira akan pecah dan gas-gasnya akan keluar dari nira dan naik menuju
keatas cerobong dan keluar dari flash
tank.
6.
Pemisahan
Gas-Gas
Setelah
proses ini dilakukan dalam flash tank
dengan mengunakan aliran tangensial, maka gas-gas yang terbentuk pada proses
sebelumnya (O2, NH3 =
senyawa yang terbentuk dari proses oksidasi bahan organik yang mengandung
nitrogen dalam air limbah dengan bantuan bakteri) akan keluar.










Gambar 3.14 Bukaan Belerang
7.
Pengendapan
Untuk
mempercepat proses pengengdapan maka nira yang berasal dari flash tank ditambah dengan flokulan
sebelum diendapkan dalam SRI.
Aturan pemakaian Superfloc dalam 200 Liter air bersih
adalah :
a)
Larutan 2 kg superfloc dalam 200 liter air bersih.
b)
50 liter larutan pertama diencerkan
hingga 200 liter.
c)
Larutan kedua dimasukkan dalam SRI
dengan kadar max 2 ppm dibanding nira tebu.
SRI mengunakan sistem single tray yang terbagi dalam 4 compartement. Ciri kerjanya adalah nira
masuk ke feed compartement yang
berfungsi untuk memasukkan busa dengan cara diskrap.
Nira kemudian dialirkan melalui center
tube agar tiap compartement ditampung
terlebih dahulu dalam fuel urel untuk
mengatur kecepatan aliran sehingga memberi kesempatan pada floculant untuk mengikat kotoran. Setelah pengengdapan akan
diperoleh nira jernih yang keluar untuk disaring dalam DSM Screen. Nira yang telah disaring, kemudian di bawah menuju ke voor cooker untuk pemanasan awal.

Gambar 3.15 Door Clarifier
8.
Pemisahan
Blotong
Endapan
atau nira kotor dari SRI dicampur dengan ampas halus (bagasillo) mud juice dan
susu kapur yang kemudian disaring dalam vacum
filter. Vacum filter berfungsi untuk menyaring nira kotor yamg berasal dari
hasil pengengdapan sehingga didapat nira bersih dan blotong. Nira bersih
dialirkan menuju filtrat recifier tank dan
seterusnya dialirkan kembali menuju juice
heater 2 sedangkan blotong diangkut oleh truk dan akan digunakan sebagai
pupuk.




Gambar 3.16 Vacuum Filter
Cara
Kerja Vacuum Filter :
Drum
berputar dengan kecepatan 0,1 – 1,5 Rpm. Mula-mula ampas yang di dapatkan dari
hasil filtrasi pada door clarifier dipompakan
menuju mud mixer dengan tujuan agar mud juce tadi bisa tercampur rata dengan
ampas halus yang ditambahkan. Selanjutnya, dari mud mixer di alirkan menuju vacuum
filter.
Dalam
Vacuum filter ini, mud juce disirami dengan air injeksi
yang berasal dari air kondensat hasil evaporasi pada pan panas 3,4 dan 5 sehingga
memudahkan dalam penyaringan.
Bagian
yang tercelup dengan sektor hampa rendah sehingga larutan kental menempel pada
jaringan , selanjutnya pada bagian hampa tinggi disemprotkan dengan air injeksi
2 – 5% dibanding dengan berat tebu yang masuk (nira). Air injeksi ini akan
melarutkan nira yang masih tertinggal di atas saringan dialirkan ke defekator II untuk dialirkan kembali
menuju juice heater II.
Faktor-faktor
yang memengaruhi hasil pengengdapan :
a)
Pengaruh luar dari kualitas tebu,
lamanya penyimpanan tebu, serta kualitas nira.
b)
Pengaruh dalam yaitu pemberian larutan
kapur dan pengaruh pH pada proses pemurnian.
Subscribe to:
Posts (Atom)